(Hadi Ismanto - Manual Jakarta, Andhyka Darwin - Roti Nogat, Primo Rizky - Brand Consultant)
Brand bukanlah sekadar merek (cap dagang). Lebih dari itu, secara komprehensif
brand adalah persepsi orang terhadap merek milik Anda, seperti dikatakan oleh Hadi Ismanto, CEO dari New Media Folder yang memayungi media
online seputar gaya hidup
Manual Jakarta, agensi desain grafis
MALT, dan agensi
social marketing The Third Company. “Logo dan nama merupakan bagian dari
brand, tapi bukan itu saja,” tambahnya.
Obrolan itu membuka
workshop Product & Resto Branding, Minggu (1/9). Bagi calon maupun pelaku bisnis kuliner,
branding bisa dibilang sulit pada sekarang ini. Kita dituntut memposisikan diri di tengah pasar yang sudah begitu ramai, tanpa terkesan ikut-ikutan. “Harus ada
storytelling behind the brand yang autentik, sehingga membedakan dengan yang lain, dan jujur,” katanya lagi. Dan tentunya, “
Experience, apa yang dirasakan oleh
customer dari produk kita,” sebagai elemen yang membentuk
brand.
Andhyka Darwin,
founder Roti Nogat, mengungkapkan lahirnya produk roti miliknya tersebut berangkat dari kerinduan akan cita rasa nostalgia. “Bisa juga sebagai alternatif martabak,” terang Andhyka. Karena itu, sajian Roti Nogat pada dasarnya cukup sederhana, dengan taburan cincangan kacang yang berlimpah, meski ia tak menutup taburan maupun isian lain sebagai varian.
Gerai Roti Nogat pun jauh dari kesan mewah, malah terkesan jadul namun terasa akrab dan jauh dari kesan mengintimidasi. “Dari sisi
brand personality,” lanjutnya, “Roti Nogat ini ibarat seorang ibu dalam memperlakukan anaknya.”
Dengan gerai awal di Pasar Modern BSD, Andhyka memilih warna merah untuk kemasan Roti Nogat. “Selain agar menggugah selera,” tuturnya, “supaya
stand out juga ketika ibu-ibu menenteng Roti Nogat di tengah pasar.” Diakui Andhyka, kalangan ibu-ibu atau wanita dewasa merupakan segmen utama dalam memposisikan
brand miliknya. “Usia 25 tahun ke atas. Karena biasanya wanita di usia itu pergi ke pasar dan menghargai cita rasa nostalgia.”
Ketika sebuah produk berikut kelengkapannya sudah ada,
brand-nya kemudian perlu berkomunikasi (
brand communication). Di samping ‘berkomunikasi’ lewat Instagram, ada gaya komunikasi personal Roti Nogat kepada para pelanggannya. “Staf diwajibkan menghafal nama
customer dan menanyakan kabarnya maupun anggota keluarganya,” ungkapnya. “Seperti bertanya, ‘Anaknya ke mana?’ Atau menyapa, ‘Sudah
gede aja anaknya.’ Kan,
customer senang.”
Sebelum
talk show berakhir, Hadi mengingatkan bahwa ukuran sukses sebuah
brand tidak semata dari keuntungan yang didatangkan. “
Brand yang dikatakan sukses sebenarnya bisa macam-macam, tapi utamanya bisa bertahan lama, beda, dan dapat memberi
personal impact.”
(P)