Foto: Dok. Primarasa
Manisan kolang-kaling warna-warni bisa jadi sajian wajib di hari Lebaran. Dari sejak Ramadhan, kolang-kaling menjadi salah satu panganan yang laris di pasaran. Namun, tahukah Anda dari mana kolang-kaling itu berasal?
Kolang-kaling merupakan biji buah aren yang telah diproses hingga bisa dikonsumsi. Selain dari biji buah aren, ada juga kolang-kaling yang berasal dari biji buah nipah. Bentuk kolang-kaling dari aren, kecil dan lonjong. Sedangkan kolang-kaling dari biji nipah yang jarang dijumpai dipasaran lebih besar dan bulat.
Aren dan nipah merupakan palma tanaman keras yang berbuah sepanjang tahun. Jadi, sebenarnya Anda bisa menikmati kolang-kaling setiap saat, tak hanya di bulan Ramadhan atau pada saat Lebaran saja. Namun permintaan pasar saat Ramadhan memang melonjak dibanding waktu lainnya.
Dok. Wikipedia.org
Tidak Tahan Lama
Kadar air di kolang-kaling sangat tinggi, mencapai 93,8% dalam setiap 100 gram-nya, sehingga dapat meningkatkan aktivitas bakteri di dalamnya dengan cepat. Karena itulah, kolang-kaling juga mudah berbau asam, berlendir, dan berwarna kekuningan hingga kecokelatan. Kolang-kaling tidak tahan lama disimpan dalam suhu ruang.
Untuk memperpanjang daya tahannya, bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu direndam dan mengganti air rendaman setiap 2-3 kali sehari, disimpan dalam lemari es, dibuat manisan, dibuat menjadi kolang-kaling kering, dan lainnya.
Rendah Kalori
Kolang-kaling ternyata mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Kadar kalorinya sangat rendah, kandungan karbohidratnya pun dapat memberikan rasa kenyang bagi yang mengonsumsinya, sehingga cocok dijadikan sebagai menu diet.
Kolang-kaling juga mengandung serat tinggi dan bisa melancarkan pencernaan. Selain itu, kolang-kaling memiliki kandungan kalsium dari golongan nabati dan dipercaya bisa mengobati nyeri sendi serta menyegarkan tubuh.
(P)