Makanan kini menjadi salah satu objek yang paling diincar untuk diabadikan. Makin banyak orang senang memotret makanan lalu berbagi di media sosial meski hanya berbekal kamera ponsel. Dalam fotografi, karya dari hasil memotret makanan masuk dalam genre
food photography.
Fotografi makanan (
food photography) memiliki teknik tertentu. Beruntung, para pengujung
Jakarta Eat Festival (JEF) 2019 berkesempatan mempelajarinya dari fotografer andal,
Melanie Tanusetiawan, dalam sesi
workshop Food Styling & Photography, Sabtu (31/8).
Fotografi makanan, menurut Melanie, mempunyai cakupan yang sangat luas. “Genre fotografi yang satu ini tidak hanya untuk memotret menu makanan dan bermacam keperluan komersial, tapi juga sebagai
art,” ungkapnya.
Sebelum memulai proses pemotretan, hal utama yang perlu diperhatikan adalah menentukan konsep dan pesan yang ingin disampaikan. Biasanya kebanyakan orang bingung ketika hendak memotret karena belum mengetahui gagasan yang tepat agar foto mampu menyampaikan pesan yang jelas.
Ia kemudian memberikan beberapa contoh foto dengan konsep berbeda, seperti foto menu makanan, foto di kemasan produk makanan, foto untuk kebutuhan
visual branding/marketing kit, serta foto sebagai konten media digital.
Dalam workshop ini, Melanie juga berbagi tip dan trik tentang pencahayaan (
lighting) yang merupakan kebutuhan dasar dalam dunia fotografi secara umum. “
Feeling yang ingin diterapkan pada suatu objek tecermin dalam
lighting yang ingin di-
create," ujarnya.
“Misalnya ketika masuk studio ada jendela kecil, kita ingin menghadirkan suasana sedih, menyeramkan, dan lain sebagainya, itu bisa diciptakan dengan mengatur
lighting. Jadi, sebenarnya fotografi itu seni permainan
lighting,” sambung fotografer jebolan Royal Melbourne Institute of Technology, Austalia, ini.
Dengan menggunakan dua panel persegi (bisa terbuat dari kayu atau kertas karton tebal) berwarna hitam dan putih sebagai reflektor, Melanie memeragakan pengaturan pencahayaan yang diinginkan. “Untuk menyerap cahaya di sekitar objek sehingga menghasilkan bayangan yang kuat, bisa menggunakan panel hitam. Sedangkan kalau ingin memantulkan cahaya yang cukup lembut, gunakan panel putih,” jelasnya.
Dengan pencahayaan yang tepat,
mood atau nuansa dalam foto bisa diciptakan sehingga membuat terkesan orang yang melihat. Dan melalui pencahayaan buatan (
artificial lighting), kata Melanie, “Anda bisa menghasilkan foto sesuai dengan imajinasi yang Anda kembangkan.”
Tak ketinggalan, Melanie juga membagikan tip mengenai peralatan pendukung (properti) yang digunakan untuk mengatur pencahayaan, antara lain:
1. Reflektor, berfungsi untuk memantulkan atau menyerap cahaya sehingga diperoleh pencahayaan yang tepat pada objek.
2. Lampu studio, berfungsi untuk menghasilkan cahaya untuk memperkuat objek foto.
3. Klip, berguna untuk menjepit properti yang diperlukan dalam proses pemotretan.
4. Lakban (selotip besar), untuk merekatkan benda-benda.
5. Barang-barang di sekitar yang mudah diperoleh dan harganya pun tidak harus mahal.